Respect women, bro



Gue bukan feminis. Nggak seperti beberapa teman gue yang ikutan Women’s March. Atau rajin aktif di forum yang berhubungan dengan gender equality. No. Tapi gue sangat concern dengan hal-hal yang menyangkut kenyamanan hidup gue sebagai wanita.

Sejak gue penempatan di sini, hidup gue memang terasa agak lebih nyaman. Di sini gue menemukan budaya catcall masih sangat rendah, beda sama waktu gue tinggal di Jakarta dulu. Siang-siang aja, abang-abang tukang bangunan udah suit suit. Jalan sendirian di antara cowok-cowok yang sedang bergerombol adalah hal paling menakutkan dalam hari-hari gue. Walaupun memang, terlahir dengan wajah yang tidak terlalu cantik dan raut jutek cukup membantu, tapi tidak serta merta menghilangkan ketidaknyamanan gue tersebut.

Menjadi korban pelecehan di tempat umum adalah hal yang umum gue dengar dari keluarga dan teman gue yang perempuan. Pernah suatu hari, ada sepupu gue yang naik angkutan umum. Lalu ada seorang bapak-bapak yang duduk mepet, padahal di sebelahnya kosong. Kemudian tiba-tiba tangannya menyeruak memegang bagian belakang sepupu gue ini.

Untungnya sepupu gue ini cukup berani untuk menonjok muka bapak-bapak itu.

Tapi ada kasus lain yang gue alami sendiri. Waktu itu, gue sebagai mahasiswa baru ditugaskan untuk menjadi petugas Monitoring Kualitas untuk Sensus Penduduk 2010 di salah satu wilayah di Jakarta Timur. Gue berkoordinasi dengan mitra yang kebetulan saat itu bapak-bapak. Dari awal, bapak ini udah bertingkah menyebalkan. Centil, rusuh. Ya gitu-gitu lah. Ketika gue pamit, gue jabat tangannya. Terus dia colek jarinya ke telapak tangan gue dengan centil.

Gue kesal banget. Gue ceritain kejadian itu ke pacar gue saat itu. Awalnya dia marah. Tapi kemudian dia menenangkan gue dengan kalimat:

“Ya, namanya juga bapak-bapak.”

Reaksi yang sama juga terjadi ketika gue menceritakan kalau ada cowok kurang ajar yang tiba-tiba pegang paha gue waktu duduk berdesakan di angkutan umum. Saat itu gue nangis. Tapi entah kenapa pacar gue mengatakan hal yang sama. Seakan lumrah bagi seorang lelaki untuk bersikap kurang ajar seperti itu.

That’s kinda fucked up.

Kalau lo cowok, lo mungkin gak akan percaya gimana seringnya gue dan temen-temen gue bertemu dengan orang yang suka masturbasi di tempat umum. Pernah, gue lagi jalan di jembatan penyebrangan depan SMA gue. Dan si masturbator itu berdiri di sana. Sambil melihat gue lewat, tangannya beraksi. Gila banget kan?

Salah satu hal lain yang pernah gue alami. Ada seseorang yang kayaknya punya fetish sama anak kampus gue. Dia sering foto-fotoin anak kampus gue. Sepatu yang tergeletak di masjid. Bahkan dia pernah whatsapp gue. Sampai sekarang gue masih gak ngerti dia dapet nomor gue darimana. Yang pasti udah gue block dan akun fb nya udah gue report as spam.


If you’re born with a vagina, everybody knows, creepy dudes are part of the deal.”


Ini adalah quote favorit gue di salah satu episode Master of None karya Aziz Ansari. Ketika lo perempuan, susah bagi lo untuk merasa aman. Yang lebih herannya lagi adalah, pemakluman masyarakat bahwa cowok memang lumrah melakukan hal demikian. Menurut gue ini budaya yang sangat salah.

Respect women, bro.

Comments