Berburu vendor pernikahan di Makassar #1: MUA & attire

Dari dulu saya memang tidak pernah membayangkan menikah dengan kebaya atau adat Jawa. Malah, dulu ingin sekali pakai gaun putih seperti princess. Tapi setelah berhijab, tau diri kalau tidak cocok pakai dress internasional seperti itu. Makanya, agak amazed ketika akhirnya memutuskan untuk menikah menggunakanadat Bugis. Ternyata beneran nggak nikah pakai adat Jawa, hehe.

Anyway, saya nggak bener-bener punya bayangan rencana pernikahan saya seperti apa. Terlebih, biaya pernikahan ini berasal dari kantong kami berdua tanpa bantuan dari orang tua. Jadi mau gimanapun, terbatas budget.

Yang lebih challenging lagi adalah pernikahan kami dilakukan di Makassar. Ini adalah pertama kalinya keluarga besar saya mendapat menantu orang Bugis. Jadi benar-benar nggak ada referensi sama sekali. Terlebih tunangan saya adalah anak pertama, jadi keluarganya belum pernah mengadakan pernikahan sebelumnya. Bener-bener challenging.

Tapi yang bikin makin greng, kami LDR. Baik tunangan maupun saya tidak tinggal di Makassar. Jadi semua persiapan dilakukan dari jarak jauh dan bermodalkan cek feed instagram. Yang bikin tricky adalah, vendor di Makassar tidak se-responsif vendor di Jakarta. Jadi saya harus sabar kalau konsultasi bisa-bisa dibalas beberapa hari kemudian atau bahkan tidak dibalas sama sekali.

Di postingan saya kali ini, saya mau cerita pengalaman berburu vendor pernikahan di Makassar yang manis-manis-pahit. Yuk!

Berburu vendore MUA dan attire di Makassar

Ketika memutuskan menikah dengan adat Bugis, saya langsung excited! Dari dulu saya memang suka banget sama baju bodo yang super mewah dan bling-bling. Buru-buru saya cari referensinya di instagram.

MUA pertama yang saya taksir banget adalah Tien Khadijah. Make up dan hijab style nya bagus banget. Oh iya, saya memang pakai baju bodo, tapi saya tidak mau pakai dadasa (rambut yang dibentuk menjadi konde, seperti paes di adat Jawa). Makanya hijab style menjadi salah satu hal yang penting bagi saya. Tien Khadijah ini juga direkomendasikan oleh teman saya yang pernah menikah menggunakan jasanya. Sayang, domisilinya di Sinjai, sehingga butuh akomodasi lebih jika mau memanggil di Makassar. Selain itu, tidak bisa fitting baju juga karena jauh. Selain itu, tidak ada koleksi bajunya yang membuat saya jatuh cinta.

MUA kedua yang saya taksir adalah Hj Yunan. Nama Hj Yunan kayaknya sudah terkenal banget ya. bajunya juga sudah tidak perlu diragukan lagi: antara bagus dan bagus banget! Kemewahannya hakiki deh. Tapi namanya juga mewah, sudah pasti: mahal! Satu kali ganti baju saya membutuhkan budget paling murah 12 juta. Aku tak sanggup...

Akhirnya pilihan saya jatuh ke Rumah Pengantin Hj Indira. Ada satu baju yang saya langsung jatuh cinta waktu melihatnya. Tanpa perlu fitting baju lain, saya langsung tunjuk dan deal baju yang itu. Pertimbangan memilih Hj Indira juga karena make up nya bagus, tidak terlalu menor seperti MUA lain. Selain itu, harganya cukup murah. Selain menyewa baju pengantin, saya juga menyewa baju bodo untuk orang tua dan keluarga inti, penjaga tamu, pagar ayu, passapi, serta jas tutup untuk keluarga besar. Selain itu sudah include dekor di rumah (lamming dan tabere beserta bosara dll).

Awalnya, saya hanya ingin ganti baju satu kali saja. Tapi karena saran dari keluarga, akhirnya kami ganti baju dua kali untuk Mapparola. The worst decision I have ever made. Makenya kayaknya cuma 30 menit deh. Sayang banget pokoknya.

Sebenarnya ada beberapa MUA lain yang sempat menjadi kandidat. Rumah Pengantin Hj Deva misalnya. Bajunya bagus-bagus dan harganya lebih miring daripada Hj Indira. Tapi saya kurang suka make up nya, menurut saya agak terlalu tebal. Selain itu saya juga sempat kepincut banget sama MUA nya Namira Make Up Art. Flawless banget. Sayang, mahal dan nggak menyediakan attire (make up saja). Tapi recommended banget sih bahkan liat di instagramnya aja.

Rumah pengantin Hj Ira memang bagus banget, sayang, kalau menurut saya service nya masih agak berantakan. Di hari ketika saya menikah saja, mereka meng-handle 7 pengantin untuk acara pagi. Bayangkan. Padahal make up cuma dihandle Hj Indira nya saja (walaupun dibantu contour dan base nya oleh satu temannya sih). Belum lagi asistennya terkesan lamban dan kurang gesit dalam bergerak. Maklum, besar di Jakarta yang menomor satukan servis dan kecepatan membuat saya agak geregetan melihat etos kerja mereka yang berprinsip, “Telat dikit ndak apa-apa ji.”

Pokoknya di hari H, super chaos deh. Saya datang pukul 03.30 pagi saja, selesainya lama minta ampun. Tapi alhamdulillah bajunya bagus dan make up nya cantik. Yang saya agak amazed adalah mereka percaya banget sama customer nya. Mereka slow banget, mau baju pengantinnya dibalikin kapan. Nggak ada deadline. Kalau ada orang jahat jadi customer mungkin gak bakal dibayar dan dibalikin, terus kabur ya. Tapi alhamdulillah sampai saat ini mereka nggak pernah kena dijahatin. Semoga berkah ya Bu Haji.

Overall, saya suka banget sama hasilnya walaupun prosesnya agak melelahkan. Next post, saya bakal bahas tentang gedung ya!