Di Wajo sekarang sudah ada bioskopnya!
Setelah dibuka pada tahun 2016, akhirnya Sallo Mal Sengkang
meresmikan bioskopnya pada bulan Mei 2018 kemarin. Sebagai seorang moviegoer, seneng banget! Akhirnya nggak
perlu jauh-jauh ke Makassar lagi untuk nonton film terbaru. Meeeeen. Wajo,
meeeeeen!
Meskipun diresmikan bulan Mei, gue baru sempet mencoba
bioskopnya kemarin. Kenapa?
Karena studionya ternyata cuma dua biji dan film nya horor
Indonesia semua. Kadang aku tuh emosi. Giliran ada bioskop di Wajo, tetep aja
gue nggak bisa nonton film yang gue inginkan (bayangin, pernah mau nonton Solo,
baru beberapa hari udah turun dan digantikan film horor). Tapi, lumayan lah. Kemarin
gue bisa nonton Ant Man and The Wasp tepat di tanggal rilisnya di Indonesia,
tanggal 4 Juli 2018. Tanpa desek-desekan antri kayak di Makassar. Jam 5 sore
dateng, bisa dapet kursi di row C yang lumayan pewe.
Tapi kali ini gue gak mau review film nya. Gue mau review
bioskopnya. Biar blog gue muncul di search
engine kalau lo googling Dakota Cinema Sengkang. HAHAHA.
Dakota Cinema berada
di lantai 3, dekat arena bermain Alien. Nggak ada petunjuknya. Kalau lo
baru datang ke Sengkang, pasti lo bingung. Di balik pintu kaca berjajar 2
studio, ticket box, dan snack corner. Kemudian di ujung sana,
terdapat pintu kaca lagi. untuk interiornya lumayan lah. Mengingatkan gue sama
XXI di Pondok Gede Mal.
Gue datang sekitar pukul 17.00. Film yang tersedia saat itu
adalah Ant Man and The Wasp dan Rasuk. Suasana di sana sedang sepi, mungkin
karena film selanjutnya baru akan diputar pukul 18.00. Gue memesan tiket untuk
dua orang, dan di layar sudah terlihat baru ada beberapa seat yang terisi. Bayangkan kalau gue nonton di Makassar. Mungkin untuk show jam 18.00 gue cuma bisa dapet seat di pojok kanan depan. Keren banget
ini bioskop!
Tiketnya juga lumayan. Yang menarik, ada nama kasirnya di
tiket itu. Nah, kalo lo naksir mbak kasir, bisa langsung tau namanya kan. Unch banget.
Sambil menunggu studio dibuka, gue jalan ke toilet. Toiletnya
terletak di luar pintu kaca kedua. Sekali lagi, toiletnya lumayan. Lumayan kotor,
ehehe. Tata letak bioskop, toilet, dan studio 1 (yang ternyata berada di luar
pintu kaca kedua) ini sangat membingungkan. Faedahnya apa ya ada di luar pintu
kaca kedua? Kenapa dibiarin kosong gitu aja di sana? Kan sayang ya.
Selesai menganalisis keanehan tata letak di balik pintu kaca
kedua, gue coba beli snack. Di samping
snack corner, ada meja dan kursi
makan tertata rapi. Gue udah lumayan hepi, mengekspektasikan ada minimal hot
dog lah. Ya kan ada kursi makannya. Buat apa kalo bukan buat makan?
Eit, tetoooot. Nggak ada hot dog di sana. Yang ada cuma pop
corn, kacang, sama minuman. Pop corn dibandrol harga Rp 20.000,-. Menurut gue
harga yang cukup mahal untuk pop corn seukuran XXI yang biasa gue beli dengan
harga Rp 20.000,- udah plus minum. Rasanya juga biasa aja, ditaburnya pake
garem bukan pake butter. Saran gue
sih ke depannya diberikan pilihan snack lain.
Misalnya kayak sistagor di XXI. Soalnya, yang gue perhatiin, hampir semua
pengunjung beli pop corn untuk makan. Padahal ya padahal, tambah Rp 10.000,-
lagi udah bisa dapet tiket nonton lagi.
Di depan studio, ada satu orang mbak-mbak yang bertugas
menyobek tiket. Kemudian, di dalam ada satu orang mas-mas yang nggak tau
fungsinya apa, dia cuma duduk di kursi paling depan. Di aisle, ada dua orang mbak-mbak yang fungsinya menanyakan “Tempat
duduk nomor berapa?” dan menunjukkan tempat duduk kita selayaknya pramugari di
pesawat-pesawat. Wow. Baik ya. WALAUPUN, menurut gue empat orang untuk mengurus
satu studio itu kebanyakan nggak sih. Mungkin, maksud mereka baik. Siapa tau
ada orang yang masih awam dalam nonton di bioskop, jadi nggak tahu gimana
sistem duduk duduk di bioskop.
Sebenernya hal ini bisa diantisipasi dengan menyuruh kasir
menjelaskan tentang cara duduk di bioskop. Atau berikan selebaran ketika penonton
membeli tiket. Lebih hemat gak sih?
Kursi di dalam studio cukup nyaman. Meskipun entah kenapa
kursinya udah bocel-bocel dan ada nomor kursi yang sudah copot-copot. Yang paling
gue notice saat masuk adalah baunya. Pesing
coy. Emang sih waktu gue lihat di sekeliling, banyak keluarga yang nonton
sambil bawa anak kecil dan bayi. Memang, kalau yang gue rasa, tujuan hampir
sebagian besar orang yang nonton di bioskop ini masih rekreasional “ngajak anak
biar ngerasain nonton bioskop”, bukan karena pingin nonton film nya. Soalnya bayi
di mana-mana. Wajar kalau bau dikit. Masih bisa ditoleransi.
Sound nya menurut
gue lumayan oke. Layarnya kecil sih. Tapi emang studionya kecil juga. Serasa nonton
di Kineforum. Jarak antar row juga
nggak sempit. Selama film berlangsung
gue nggak ada complain apa-apa.
Penontonnya sopan-sopan dan nggak ada yang main hape ngeganggu. Nice!
Jadi pengalaman nonton pertama gue di Dakota Cinema berakhir
dengan manis. Dengan ekspektasi standar, gue
mendapatkan pengalaman yang worth it dengan
harga tiketnya. Gue sangat berharap film-film bagus bisa masuk di sini dan
studionya ditambah. Dengan adanya bioskop, gue bisa merasakan perubahan yang
cukup signifikan di mal ini. Pengunjungnya jadi never ending. Nggak kayak dulu yang sepi banget. Tempat makan di
sekitar bioskop juga jadi hidup lagi. Roda ekonomi berputar lagi!
Stray observation:
- Gue nggak ngerti kenapa di sebelah kiri Ticket Box ada berjejer kursi bioskop dan kenapa karpetnya nggak full cover semua lantai.
- Bikin snack corner di dalam bioskop lebih bervariasi menurut gue bakal lebih laku deh. Sayang banget loh ada meja kursi makan di situ tapi nggak dipakai.
- Publikasi bioskop ini kurang gencar, sebatas di media sosial aja. Coba aja marketingnya lebih kreatif dikit. Bisa menarik pengunjung yang lebih banyak loh.
- Gue masih sangat gak paham tentang space kosong di depan toilet yang dibiarkan begitu saja. sayang banget loh kalau nggak dimaksimalkan begitu.
- Pegawainya terlalu banyak, snack corner aja ada 2 pegawai (padahal cuma ngambilin popcorn sama jadi kasir doang). Kasir di ticket box ada dua padahal nggak rame. mungkin bisa didayagunakan, misalnya jadi cleaning service yang ngejaga kebersihan toilet. Kan lebih bagus tuh.
- Tambah studio untuk film Hollywood, plis.
UPDATE:
Sekarang studionya udah ditambah, jadi ada 4 studio! Yippie!
Seperti biasa, keyen 👍👍👍
ReplyDeleteterima kasih atas komentarnya, kedepan akan kami perhatikan saran saranya, suatu saat nanti anda menoton cinemea di singapore, lalu anda bandingkan dengan cinema yang ada di singapore, dengan cinema yang ada di cinere, sukses selalu
ReplyDelete