Berburu vendor pernikahan di Makassar #3: Henna

Walaupun menikah di Makassar, tapi saya dan tunangan tidak menggunakan prosesi adat Bugis seperti mappaci (malam pacar) sebelum prosesi pernikahan. Tapi meskipun begitu, saya tetap mau di-henna tangannya, hehehe. Sebenarnya karena bingung mau pakai aksesoris apa sih, apalagi karena tangan saya cenderung berwarna gelap. Biar agak samar aja pas prosesi tukar cincin, jadi gak kelihatan item-item amat gitu.

Sebenarnya perjalanan mencari henna yang cocok itu nggak susah-susah amat. Soalnya, sebenarnya motif antara vendor henna bisa dibilang mirip-mirip sih. Kalau kita request pun mereka siap. Jadi, menurut saran teman saya, cari yang orangnya asik aja. Soalnya, proses henna kan nggak sebentar. Kalau orangnya nggak asik atau jutek, jadi awkward waktu proses. Terus malah mencong. Jadinya jelek. Kan sedih...

Pilihan saya jatuh ke Mbak Evi Rahayu. Sebenarnya sih alasannya karena dia sering nongol di instagram Rumah Pengantin Hj Indira, vendor baju pengantin yang saya bahas di post sebelumnya. Jadi bayangannya, gampang lah nanti kalau mau di henna sambil di make up. (Ini juga setelah survei harga dan mendapati bahwa semua vendor harganya sama, hehehehe maklum yaaaak perhitungan sekaliiiii sih Zer).

Ada beberapa pilihan henna yang disediakan. Ada henna biasa, henna putih, henna gold. Awalnya saya ingin pakai henna gold, tapi kata Mbak Evi, henna gold dan henna putih harus dihapus apabila ingin wudhu, sedangkan henna biasa tidak perlu. Atas dasar tidak mau rugi, saya jelas pilih henna biasa. Katanya soalnya tahan sampai 2 minggu. Keren kan. Biar kayak tato. Tapi eh tapi, ternyata malu juga ya pas lagi jalan-jalan sama suami pake henna begitu. Serasa ada cap "pengantin baru" nya men.

Tapi tau nggak yang lebih zonk lagi apa? 2 hari setelah nikah saya nyuci baju suami yang kelunturan pakai vanish. Terus..... henna saya ikutan ilang zzzzzzzz yanasib.

Nah, balik lagi, henna biasa ini juga ada beberapa jenis. Ada yang henna saja, ada yang pakai glitter, ada yang pakai nailart, ada yang full glitter dan nail art. Tapi karena harganya mahal dan saya yakin kalau pakai glitter akan cepat hilang juga (yak, saya orangnya super gerapak), jadi saya putuskan pakai henna plus nail art saja. Harga untuk henna maroon (bolak-balik) dan nail art ini adalah Rp 600.000,-. Ini juga dikasih harga 2017, karena kalau harga 2018 sudah naik Rp 50.000,- (katanya sih gitu).

Kami janjian di malam hari sebelum pernikahan. Kebetulan seluruh keluarga saya sedang menghadiri pengajian di rumah tunangan dan saya di hotel hanya ditemani oleh sahabat saya yang menyempatkan main ke tempat saya. Prosesnya teryata berlangsung cukup cepat. Hanya saja karena jiwa gerapak saya, jadinya tangannya suka goyang kalau lagi dihenna. Akhirnya belepotan sana-sini, hiks. Setelah selesai di henna, tunggu 30 menit, kemudian saya cuci dengan air mengalir. Voila, jadi deh.

Malam itu saya hanya di-henna saja, sedangkan untuk nail art nya akan dipasangkan besok pagi di rumah pengantin sebelum akad. Alasannya karena kalau dipasang sekarang akan copot. Akhirnya, keesokan paginya setelah pagi yang hectic di Rumah Pengantin, lengkap sudah tangan saya dipasangkan nail art. Oh, plus dikasih bonus permata loh.



Namanya juga anak yang gerapak. Belum sampai akhir acara, permatanya sudah berjatuhan. Plus ketika ganti baju mapparola, nail art nya ilang!

Frustasi, akhirnya copot semua aja deh nail art nya.

Overall, saya suka banget sama henna hasil buatannya Mbak Evi. Memang agak mahal sih untuk henna saja, tapi memang harga pasaran di Makassar segitu (bahkan itu udah paling murah), jadi can't complain. Orangnya juga ramah dan asik sekali. Recommended deh.

Next post, saya akan bahas masalah undangan yang paling menguras emosi.

Comments