Berburu vendor pernikahan di Makassar #4: Undangan


Wah, tidak terasa ternyata sudah lama ya sejak blog ini di-update. Terakhir di post tentang henna, saya berjanji akan mengulas tentang vendor undangan. Nah, sekarang baru ada waktunya. Hehe.

Untuk undangan, saya dan tunangan memang sudah sepakat kalau harganya tidak perlu yang mahal. Soalnya, undangan kan nanti akan dibuang ya. Jadi lebih baik kalau dananya lebih dikonsentrasikan ke souvenir. Karena alasan yang sama, kami juga sepakat agar di undangan tidak ditaruh foto prewedding kami. Kasihan kalau muka kami berakhir di tempat sampah. Hiks.

Selain itu, saya menetapkan standar untuk undangan saya hardcover dengan amplop. Alasannya, karena kalau softcover nanti dikira undangan ulang tahun. Hahahak. Selain itu, amplop juga sangat penting. Soalnya, orang sini biasanya kalau kasih angpao itu pakai amplop undangan. Jadi, di setiap amplop pasti ada namanya. Saya yang dari kecil di Jakarta dan kebiasaan kasih amplop pakai amplop putih seadanya juga kaget. Nah, dengan standar yang demikian high, saya maunya harga yang super low yaitu Rp5.000 per undangan. Fyi, di tahun 2018, standar hardcover dengan amplop itu mulai dari Rp6.000.

Awalnya, saya ingin memesan undangan di Jogja. Pilihannya banyak, bagus, dan murah. Tapi, ketika menimbang ongkos kirim dan tingkat kemageran saya dan tunangan, saya mengurungkan niat tersebut. Saya kemudian mulai cari-cari vendor undangan di Makassar. Beberapa teman merekomendasikan untuk membuat undangan di Abdesir alias Jalan Abdul Daeng Sirua. Tapi karena saya tidak ada waktu, jadi saya memutuskan untuk mencari di media sosial saja.

Ada dua pilihan yang membuat saya jatuh hati. Yang pertama adalah @fairytale.mks. Desainnya bagus-bagus, sesuai banget sama yang di bayangan saya. Sayang, di luar budget hiks. Harga yang ditawarkan untuk undangan dengan kriteria yang saya inginkan adalah Rp7.500. Oh iya, di sini juga jual souvenir, tapi begitu saya cek harganya lumayan jauh dengan harga di Jatinegara. Tapi, ya, daripada ke Jatinegara kan ya.

Pilihan saya kemudian jatuh ke @undangan_makassar. Alasan saya memilih vendor ini adalah lokasinya yang dekat dengan rumah mertua dan dia menjanjikan bisa ekspres yaitu 7 hari saja. Desainnya juga bisa custom. Pokoknya sesuai dengan kriteria saya. Saya dan tunangan pun datang ke lokasi dan memilih-milih undangan yang kami inginkan. Nah, tunangan memilih satu model undangan dengan pita, sedangkan saya memilih satu model undangan dengan tema klasik warna cokelat. Nah saya pun menawarkan win win solution dengan membuat model undangan dengan pita, tapi desainnya klasik warna cokelat milo. Harga yang ditawarkan masih masuk budget, yaitu Rp4.800. Selain itu dikasih bonus plastik pembungkus dan label undangan juga. Happy dong! Saat itu saya datang minggu ketiga Januari, dia menjanjikan akan segera mengirimkan desain dan sekitar minggu pertama Februari sudah selesai dicetak. Saya percaya saja sih, kan di instagram dia menjanjikan 7 hari selesai.

Nah, yang mulai bikin sebel di sini. Tanggal 2 Februari, saya chat untuk minta dikirimkan desain. Tidak ada respon. Baiklah, saya tunggu hingga 6 Februari saya chat ulang dengan harapan dia sudah membuat desain. Ternyata dia malah tanya, model bagaimana lagi yang dipesan. Baiklah, saya masih sabar dan mengirimkan gambar undangan yang dijadikan contoh desain.

Tanggal 10 Februari, saya tanya lagi. Dia bilang baru pulang kampung jadi belum bisa dikirimkan. Ya mohon maaf nih langsung keliatan kurang profesionalnya ya. Setelah itu, ditelepon tidak pernah diangkat. Karena kebetulan saya lagi di Makassar, maka saya datangi ruko nya. Ternyata, owner nya sedang ke Ambon karena ada tugas mengajar. Setelah saya komplain, akhirnya istrinya menelepon owner. Langsung diangkat dong, sebel gak. Di situ baru owner nya menjanjikan akan mengirim desain secepatnya. Desainnya sesuai dengan yang saya inginkan, warnanya cokelat milo. Tau kan? Cokelat yang kayak amplop kertas itu. Cokelat milo pokoknya.

Tanggal 16 Februari, saya chat kembali, dan tidak direspon. Tanggal 17 Februari, saya chat lagi, baru dibalas dan dikirimkan desain undangannya. Revisi sana-sini, akhirnya tanggal 23 Februari, desainnya baru fix. Baiklah, saya pikir langsung dicetak. Kan janjinya 7 hari ya, jadi harusnya awal Maret selesai kan. Kebetulan, saya juga mau pelatihan di Makassar jadi rencana akan sekalian saya bawa.

Tanggal 3 Maret, saya chat. Belum selesai. Tanggal 7 Maret, saya chat lagi. Belum selesai. Tanggal 9 Maret di hari yang dijanjikan, dia bilang belum selesai lagi.

Kzl.

Akhirnya tanggal 10 Maret, baru bisa saya ambil. Dan saya kaget sekaget-kagetnya.




Dari awal pesan, saya sudah minta warna cokelat milo. Ketika dikirimkan gambar desain, warnanya juga cokelat milo. Ketika saya ambil, tau nggak warnanya apa? Kombinasi broken white dan cokelat pastel yang soft. Saking soft nya sampai sulit dibaca, apalagi kalau dibaca orang yang sudah berumur. Ketika saya ambil undangan itu, owner nya tidak ada. Yang ada hanya istri dan pegawainya. Mereka juga bingung dan tidak bisa berkata apa-apa.

Sampai kosan, kayak pingin nangis. Kesal. Sudah nunggunya lama. Diulur-ulur waktunya. Eh jadinya tidak sesuai ekspektasi. Lalu, mau direvisi juga gimana. Nunggu lama lagi, kemarin saja sudah molor sebulan. Keluar biaya lagi. Akhirnya saya komplain lewat chat ke owner nya. Karena ini salah dia.

Untungnya, owner nya mau bertanggung jawab. Dia mengaku salah dan memberikan refund sebagian uang. Walaupun tidak bisa menutupi kekecewaan saya, tapi saya cukup menghargai usahanya untuk menanggapi komplain saya. Semoga nanti ke depannya, mereka bisa lebih menghargai janji dan lebih profesional.

Cukup menguras emosi kan? Hahaha. Nah, selanjutnya saya akan mengulas tentang souvenir.

Comments

Post a Comment