Wah, tidak terasa ternyata sudah lama ya sejak blog ini di-update. Terakhir di post tentang henna,
saya berjanji akan mengulas tentang vendor undangan. Nah, sekarang baru ada
waktunya. Hehe.
Untuk undangan, saya dan tunangan memang sudah sepakat kalau
harganya tidak perlu yang mahal. Soalnya, undangan kan nanti akan dibuang ya.
Jadi lebih baik kalau dananya lebih dikonsentrasikan ke souvenir. Karena alasan
yang sama, kami juga sepakat agar di undangan tidak ditaruh foto prewedding kami. Kasihan kalau muka kami
berakhir di tempat sampah. Hiks.
Selain itu, saya menetapkan standar untuk undangan saya hardcover dengan amplop. Alasannya,
karena kalau softcover nanti dikira
undangan ulang tahun. Hahahak. Selain itu, amplop juga sangat penting. Soalnya,
orang sini biasanya kalau kasih angpao itu pakai amplop undangan. Jadi, di setiap
amplop pasti ada namanya. Saya yang dari kecil di Jakarta dan kebiasaan kasih
amplop pakai amplop putih seadanya juga kaget. Nah, dengan standar yang
demikian high, saya maunya harga yang
super low yaitu Rp5.000 per undangan.
Fyi, di tahun 2018, standar hardcover dengan
amplop itu mulai dari Rp6.000.
Awalnya, saya ingin memesan undangan di Jogja. Pilihannya banyak,
bagus, dan murah. Tapi, ketika menimbang ongkos kirim dan tingkat kemageran saya
dan tunangan, saya mengurungkan niat tersebut. Saya kemudian mulai cari-cari
vendor undangan di Makassar. Beberapa teman merekomendasikan untuk membuat
undangan di Abdesir alias Jalan Abdul Daeng Sirua. Tapi karena saya tidak ada
waktu, jadi saya memutuskan untuk mencari di media sosial saja.
Ada dua pilihan yang membuat saya jatuh hati. Yang pertama
adalah @fairytale.mks. Desainnya bagus-bagus, sesuai banget sama yang di
bayangan saya. Sayang, di luar budget
hiks. Harga yang ditawarkan untuk undangan dengan kriteria yang saya inginkan adalah
Rp7.500. Oh iya, di sini juga jual souvenir, tapi begitu saya cek harganya
lumayan jauh dengan harga di Jatinegara. Tapi, ya, daripada ke Jatinegara kan
ya.
Pilihan saya kemudian jatuh ke @undangan_makassar. Alasan saya
memilih vendor ini adalah lokasinya yang dekat dengan rumah mertua dan dia
menjanjikan bisa ekspres yaitu 7 hari saja. Desainnya juga bisa custom. Pokoknya sesuai dengan kriteria
saya. Saya dan tunangan pun datang ke lokasi dan memilih-milih undangan yang
kami inginkan. Nah, tunangan memilih satu model undangan dengan pita, sedangkan
saya memilih satu model undangan dengan tema klasik warna cokelat. Nah saya pun
menawarkan win win solution dengan
membuat model undangan dengan pita, tapi desainnya klasik warna cokelat milo. Harga
yang ditawarkan masih masuk budget, yaitu
Rp4.800. Selain itu dikasih bonus plastik pembungkus dan label undangan juga. Happy dong! Saat itu saya datang minggu
ketiga Januari, dia menjanjikan akan segera mengirimkan desain dan sekitar
minggu pertama Februari sudah selesai dicetak. Saya percaya saja sih, kan di
instagram dia menjanjikan 7 hari selesai.
Nah, yang mulai bikin sebel di sini. Tanggal 2 Februari,
saya chat untuk minta dikirimkan desain.
Tidak ada respon. Baiklah, saya tunggu hingga 6 Februari saya chat ulang dengan harapan dia sudah
membuat desain. Ternyata dia malah tanya, model bagaimana lagi yang dipesan. Baiklah,
saya masih sabar dan mengirimkan gambar undangan yang dijadikan contoh desain.
Tanggal 10 Februari, saya tanya lagi. Dia bilang baru pulang
kampung jadi belum bisa dikirimkan. Ya mohon maaf nih langsung keliatan kurang
profesionalnya ya. Setelah itu, ditelepon tidak pernah diangkat. Karena kebetulan
saya lagi di Makassar, maka saya datangi ruko nya. Ternyata, owner nya sedang ke Ambon karena ada
tugas mengajar. Setelah saya komplain, akhirnya istrinya menelepon owner. Langsung diangkat dong, sebel
gak. Di situ baru owner nya
menjanjikan akan mengirim desain secepatnya. Desainnya sesuai dengan yang saya
inginkan, warnanya cokelat milo. Tau kan? Cokelat yang kayak amplop kertas itu.
Cokelat milo pokoknya.
Tanggal 16 Februari, saya chat kembali, dan tidak direspon. Tanggal
17 Februari, saya chat lagi, baru dibalas dan dikirimkan desain undangannya. Revisi
sana-sini, akhirnya tanggal 23 Februari, desainnya baru fix. Baiklah, saya
pikir langsung dicetak. Kan janjinya 7 hari ya, jadi harusnya awal Maret
selesai kan. Kebetulan, saya juga mau pelatihan di Makassar jadi rencana akan
sekalian saya bawa.
Tanggal 3 Maret, saya chat. Belum selesai. Tanggal 7 Maret,
saya chat lagi. Belum selesai. Tanggal 9 Maret di hari yang dijanjikan, dia bilang
belum selesai lagi.
Kzl.
Akhirnya tanggal 10 Maret, baru bisa saya ambil. Dan saya
kaget sekaget-kagetnya.
Dari awal pesan, saya sudah minta warna cokelat milo. Ketika
dikirimkan gambar desain, warnanya juga cokelat milo. Ketika saya ambil, tau
nggak warnanya apa? Kombinasi broken
white dan cokelat pastel yang soft.
Saking soft nya sampai sulit dibaca, apalagi kalau dibaca orang yang sudah berumur. Ketika
saya ambil undangan itu, owner nya tidak ada. Yang
ada hanya istri dan pegawainya. Mereka juga bingung dan tidak bisa berkata
apa-apa.
Sampai kosan, kayak pingin nangis. Kesal. Sudah nunggunya
lama. Diulur-ulur waktunya. Eh jadinya tidak sesuai ekspektasi. Lalu, mau direvisi
juga gimana. Nunggu lama lagi, kemarin saja sudah molor sebulan. Keluar biaya
lagi. Akhirnya saya komplain lewat chat ke
owner nya. Karena ini salah dia.
Untungnya, owner
nya mau bertanggung jawab. Dia mengaku salah dan memberikan refund sebagian uang. Walaupun tidak
bisa menutupi kekecewaan saya, tapi saya cukup menghargai usahanya untuk
menanggapi komplain saya. Semoga nanti ke depannya, mereka bisa lebih
menghargai janji dan lebih profesional.
Cukup menguras emosi kan? Hahaha. Nah, selanjutnya saya akan
mengulas tentang souvenir.
Yg #3 mana?
ReplyDelete