Setelah menyaksikan betapa awkward nya akting Pevita Pearce di Buffalo Boys (dan nggak tau kenapa gue nggak bisa suka sama Chelsea Islan), gue ngeliat poster Sebelum Iblis Menjemput dengan mengernyit. Posternya, bahkan judulnya, sedikit banyak mengingatkan gue pada Pengabdi Setan. Plus waktu itu juga temen gue bilang,
"Lain kali jangan pernah nonton film yang ada Pevita Pearce nya."
Baru ketika gue baca-baca review nya, gue menyadari: ini film buatan Timo Tjahjanto! Kalau lo gak tau Timo itu siapa, dia adalah orang yang bikin film-film super keren macem Rumah Dara dan Headshot. (Oke setelah gue pertimbangkan ternyata cuma 2 film itu yang gue suka)
Besoknya, gue langsung cus nonton di bioskop. Sendirian. Gue tau itu horor. Tapi, mengenali film-filmnya Timo, gue yakin film nya walaupun serem nggak akan jauh dari gore (which I LOVE SO MUCH).
Gue agak telat sekitar 4 menit jadi gue nggak nonton pembukanya, yang pasti ketika gue masuk udah ada Lesmana (Ray Sahetapi) yang lagi duduk di rumah creepy dengan cemas. Kemudian datanglah seorang perempuan, yang mana ketika dia keluar gue langsung kepikiran Ibu di Pengabdi Setan. Perempuan itu pakai setelan putih dan tudung putih, persis seperti Ibu.
Dari adegan awal kita tahu kalau Lesmana ternyata ikut pesugihan. Another Pengabdi Setan reference. Kemudian lewat serangkaian kliping koran yang rapi mendokumentasikan jejak hidup Lesmana, kita tahu bahwa Lesmana mendadak sukses, kemudian meninggalkan istri dan anaknya, Alfie (Chelsea Islan). Dia lalu menikah lagi dengan artis bernama Laksmi (yang diperankan dengan super OKE oleh Karina Suwandi) dan hidup bersama dua anak tirinya, Maya (Pevita Pearce), Ruben (Samo Rafael), serta anak kandungnya dengan Laksmi, Nara (Hadijah Shahab).
Setelah lama, Lesmana bangkrut. Kemudian dia jatuh sakit. Sakitnya aneh. Mistis gitu deh. Laksmi pun berencana untuk pergi ke vila lama Lesmana untuk mencari aset-aset yang tersisa. Iya, vila yang sama tempat Lesmana melakukan pesugihan. Tapi begitu juga dengan Alfi, yang entah gimana, nemuin kunci ke vila itu dan kayaknya kangen nostalgia dan memutuskan pergi ke sana.
Di sinilah horor itu dimulai.
Film ini sebenernya punya banyak banget plot hole. Tapi, emang ketika kita nonton horor, kita gak bisa terlalu berharap ceritanya bakalan masuk akal sih. Gue harus akui, sampai ke pertengahan, gue masih merasa film ini terlalu banyak plot hole dan bikin mengernyit. Tapi dari tengah ke belakang, OH MY GOD, serius kayak naik roller coaster. SERU BANGET. Gue nggak peduli ceritanya se nggak masuk akal apa, tapi gue sangat terhibur dengan jumpscare demi jumpscare sampai gue nggak peduli.
Untuk pemain, gue masih nggak suka sama Pevita yang lempeng banget. Tapi Chelsea Islan, harus gue akuin, keren. Aktingnya yang bikin film ini jadi hidup. Dia ngingetin gue sam Julie Estelle di Rumah Dara. Bikin gue berharap dia bisa selamat sampai akhir.
Sebagai film Timo, sebenernya film ini nggak terlalu gore, beda sama Rumah Dara dan Headshot yang darah bercucuran di mana-mana. Agak kecewa? Lumayan. Tapi toh genre nya horor. Jadi nggak bisa komplain.
Namun demikian, kalau ada yang membandingkan dengan Pengabdi Setan dan bilang kalau Sebelum Iblis Menjemput itu lebih serem, gue nggak bisa setuju. Seperti yang gue bilang, Sebelum Iblis Menjemput seperti mengambil banyak referensi dari Pengabdi Setan. Salah satu yang paling utama adalah rumah creepy yang nuansanya rumah Ibu banget.
(Bukan, gue nggak ngomong gini bukan karena gue fans berat film-filmnya Joko Anwar)
Selain banyak referensi Pengabdi Setan, gue juga merasa kalau film ini lumayan mengingatkan gue pada Hereditary. Gue nggak bisa bilang Timo terinspirasi dari Hereditary karena jangka rilis mereka nggak jauh. Tapi gue suka banget dan gue nggak masalah dengan itu semua.
Kalau film ini masih tayang di bioskop, gue harap lo cepetan nonton di bioskop. Gue berprinsip, kalau ada film Indonesia yang bagus, tonton di bioskop, bikin filmnya laku, biar nanti mereka bisa bikin film lagi yang banyak.
Setuju gak?
9/10
"Lain kali jangan pernah nonton film yang ada Pevita Pearce nya."
Baru ketika gue baca-baca review nya, gue menyadari: ini film buatan Timo Tjahjanto! Kalau lo gak tau Timo itu siapa, dia adalah orang yang bikin film-film super keren macem Rumah Dara dan Headshot. (Oke setelah gue pertimbangkan ternyata cuma 2 film itu yang gue suka)
Besoknya, gue langsung cus nonton di bioskop. Sendirian. Gue tau itu horor. Tapi, mengenali film-filmnya Timo, gue yakin film nya walaupun serem nggak akan jauh dari gore (which I LOVE SO MUCH).
Gue agak telat sekitar 4 menit jadi gue nggak nonton pembukanya, yang pasti ketika gue masuk udah ada Lesmana (Ray Sahetapi) yang lagi duduk di rumah creepy dengan cemas. Kemudian datanglah seorang perempuan, yang mana ketika dia keluar gue langsung kepikiran Ibu di Pengabdi Setan. Perempuan itu pakai setelan putih dan tudung putih, persis seperti Ibu.
Dari adegan awal kita tahu kalau Lesmana ternyata ikut pesugihan. Another Pengabdi Setan reference. Kemudian lewat serangkaian kliping koran yang rapi mendokumentasikan jejak hidup Lesmana, kita tahu bahwa Lesmana mendadak sukses, kemudian meninggalkan istri dan anaknya, Alfie (Chelsea Islan). Dia lalu menikah lagi dengan artis bernama Laksmi (yang diperankan dengan super OKE oleh Karina Suwandi) dan hidup bersama dua anak tirinya, Maya (Pevita Pearce), Ruben (Samo Rafael), serta anak kandungnya dengan Laksmi, Nara (Hadijah Shahab).
Setelah lama, Lesmana bangkrut. Kemudian dia jatuh sakit. Sakitnya aneh. Mistis gitu deh. Laksmi pun berencana untuk pergi ke vila lama Lesmana untuk mencari aset-aset yang tersisa. Iya, vila yang sama tempat Lesmana melakukan pesugihan. Tapi begitu juga dengan Alfi, yang entah gimana, nemuin kunci ke vila itu dan kayaknya kangen nostalgia dan memutuskan pergi ke sana.
Di sinilah horor itu dimulai.
Film ini sebenernya punya banyak banget plot hole. Tapi, emang ketika kita nonton horor, kita gak bisa terlalu berharap ceritanya bakalan masuk akal sih. Gue harus akui, sampai ke pertengahan, gue masih merasa film ini terlalu banyak plot hole dan bikin mengernyit. Tapi dari tengah ke belakang, OH MY GOD, serius kayak naik roller coaster. SERU BANGET. Gue nggak peduli ceritanya se nggak masuk akal apa, tapi gue sangat terhibur dengan jumpscare demi jumpscare sampai gue nggak peduli.
Untuk pemain, gue masih nggak suka sama Pevita yang lempeng banget. Tapi Chelsea Islan, harus gue akuin, keren. Aktingnya yang bikin film ini jadi hidup. Dia ngingetin gue sam Julie Estelle di Rumah Dara. Bikin gue berharap dia bisa selamat sampai akhir.
Sebagai film Timo, sebenernya film ini nggak terlalu gore, beda sama Rumah Dara dan Headshot yang darah bercucuran di mana-mana. Agak kecewa? Lumayan. Tapi toh genre nya horor. Jadi nggak bisa komplain.
Namun demikian, kalau ada yang membandingkan dengan Pengabdi Setan dan bilang kalau Sebelum Iblis Menjemput itu lebih serem, gue nggak bisa setuju. Seperti yang gue bilang, Sebelum Iblis Menjemput seperti mengambil banyak referensi dari Pengabdi Setan. Salah satu yang paling utama adalah rumah creepy yang nuansanya rumah Ibu banget.
(Bukan, gue nggak ngomong gini bukan karena gue fans berat film-filmnya Joko Anwar)
Selain banyak referensi Pengabdi Setan, gue juga merasa kalau film ini lumayan mengingatkan gue pada Hereditary. Gue nggak bisa bilang Timo terinspirasi dari Hereditary karena jangka rilis mereka nggak jauh. Tapi gue suka banget dan gue nggak masalah dengan itu semua.
Kalau film ini masih tayang di bioskop, gue harap lo cepetan nonton di bioskop. Gue berprinsip, kalau ada film Indonesia yang bagus, tonton di bioskop, bikin filmnya laku, biar nanti mereka bisa bikin film lagi yang banyak.
Setuju gak?
9/10
Comments
Post a Comment